Selasa, 20 Maret 2012

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) Kepala Sekolah SDN 49 Lareh Nan Gadang


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, lingkungan sosial, dan lain-lain. Namun dari faktor-faktor itu, guru dan siswa faktor terpenting. Pentingnya faktor guru dan siswa tersebut dapat dirunut melalui pemahaman hakikat pebelajaran, yakni sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan kebutuhan minatnya.
Di Indonesia kesadaran akan pentingnya pendidikan telah disadari sejak lama sebagaimana termaksuk dalam UUSPN No. 20 pasal I ayat I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif membangun potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Dengan perkataan lain pendidikan merupakan suatu proses yang melibatkan unsur-unsur yang diharapkan meningkatkan pendidikan yang berkualitas. Guru sebagai unsur pokok penanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengembangan proses belajar mengajar, diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan transformasi ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi tersebut, maka diperlukan adanya strategi yang tepat dalam mencapai tujuan belajar mengajar yang diharapkan.
Berdasarkan keterangan di atas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di suatu sekolah pada hakikatnya adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa belajar. Dengan demikian kegiatan di kelas atau di sekolah yang tidak membuat siswa belajar tidak dapat disebut sebagai proses pembelajaran.
SDN 49 Lareh Nan Gadang, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar  memiliki banyak guru di bandingkan sekolah – sekolah sekitarnya. Dimana di SDN 49 Lareh Nan Gadang ada 14 orang guru. Yang terdiri dari 6 orang guru kelas dan 6 orang guru bidang studi, satu kepala sekolah dan satu penjaga sekolah. Untuk kebutuhaan guru sekarang ini telah memenuhi semua mata pelajaran dan guru kelas pun sudah mencukupi. Tapi hasil yang dicapai untuk saat ini belum menemui harapan yang di inginkan. Terbukti dengan masih rendahnya hasil belajar siswa di SDN 49 Lareh Nan Gadang pada Tahun 2009.
Ada beberapa factor yang menyebabkan hal tersebut. seperti  guru sendiri, Sarana dan lingkungan. Kalau dilihat dari factor guru pada saat sekarang ini guru masih ada yang terlambat, karena jarak tempat tinggal guru dengan sekolah terbilang cukup jauh. Di samping itu masih ada guru yang tidak melengkapi administrasi mengajarnya. Seperti : program tahunan, batas pelajaran dan administrasi lainnya yang penting untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Mungkin karena waktu yang dimiliki guru sangat sedikit untuk membuat dan melengkapi admistrasi yang merupakan tugas pokok bagi seorang guru. Karena rumah guru ada yang menghabiskan waktu untuk berangkat dan pulang kesekolah karena factor jarak tadi.

 Di samping itu guru masih terbilang kurang focus dengan mengajar terbukti dengan adanya guru yang berada di ruangan guru pada saat mengajar. Selain itu masih ada guru yang memberikan soal kemudian mereka bercerita di ruangan guru. Sehingga siswa banyak yang mengalami remedi dalam hasil belajarnya terbukti dengan adanya analisis guru yang menunjukan siswa yang tidak tuntas. Selain itu guru masih terkesan mengajar diluar program yang telah di tetapkan. Guru masih terlihat kurang menguasai teknik dalam membuka, memberikan pelajaran dan teknik menutup pelajaran.
Selain itu guru belum sepenuhnya menguasai kelas yang mereka mengajar. Terlihat dengan adanya siswa yang berbicara dan bercanda dengan teman saat mereka belajar. Padahal sebelum memulai pelajaran kondisi kelas sudah siap dalam kondisi untuk belajar. Guru terlihat membiarkan hal ini terjadi dikelas mereka. Jika kondisi kelas belum terkuasai dengan baik siswa akan sulit menerima materi yang di ajarkan.bahkan siswa yang sudah siap menerimapun bias terganggu dengan hal ini. Guru dalam proses pembelajaran sangat minim sekali dalam menggunakan alat peraga. Jadi pembelajaran terkesan monoton dan siswa banyak yang mnegambang saat proses pembelajaran.
Apalagi dengan Keadaan SD dengan sistem guru kelas, tidak menutup kemungkinan banyak guru yang mengalami kesulitan dalam  mencapai tujuan belajar mengajar yang diharapkan. Karena guru dituntut untuk mengejar target materi yang cukup banyak dan harus diselesaikan pada setiap semester. Sehingga siswa sulit mencapai nilai yang baik dan kurang aktif dalam belajar. Dimana pada saat sekarang ini di tuntut siswa aktif dalam belajar dan guru menjadi fasilitator

Di sisni terkesan Guru bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, menyajikan pelajaran dengan metode ceramah, latihan soal atau drill, dengan sedikit sekali atau bahkan tanpa media pendukung. Guru cenderung bersikap otoriter, suasana belajar terkesan kaku, serius, dan mati. Kadang  gurunya yang aktif (berbicara), siswanya pasif. Jika siswa tidak dapat menangkap materi pelajaran, kesalahan cenderung ditimpakan kepada siswa.
Kalau di lihat dari isi kelas sebagai alat pendukung belajar Dinding kelas dibiarkan kosong atau jika ada hanya mading kebanyakan hanya berupa gambar pahlawan. Tidak ada ikon ikon yang membangkitkan semangat dan rasa percaya diri siswa. Pendek kata, proses pembelajaran tidak memberdayakan dan membosankan. Dengan demikian proses pembelajaran menjadi tidak efektif, dan karenanya tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara optimal. Akibatnya mutu pendidikan sangat rendah.
Bahkan untuk tingkat ASEAN saja mutu pendidikan di Indonesia berada di bawah Vietnam, suatu negara yang begitu lama dilanda kemelut dalam negeri (Depdiknas, 2002;1-2). Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia memerlukan penanganan yang segera. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan inovasi di bidang pembelajaran. Sehingga guru dapat megajar dengan harapan sehingga nilai siswa dapat meningkat.
Sangat kita sayangkan jika masalah pembelajaran ini terus terjadi di negeri ini. Bagaimana jadinya nasip bangsa ini kedepannya jika hal ini tidak teratasi. Misalnya saja jika guru tidak  menguasai kelas siswa akan sulit menerima pelajaran dan siswa akan bercanda dengan temannya. Sehingga minat belajarnya akan berkurang. Selain itu jika administrasi guru tidak lengkap guru akan sulit menyajikan pelajaran. Kalau guru sulit menyajikan pelajaran secara tidak langsung siswa akan sulit menerima pelajaran yang di ajarkan guru.
Selain itu jika adanya guru terlambat akan menghambat proses belajar mengajar, karena siswa kalau tidak ada guru tidak akan belajar dengan sendirinya. Apalagi siswa SD masih belum bisa untuk belajar sendiri. Kalau hal ini terjadi prestasi belajar siswa pasti akan menurun dan hasil belajar merekapun akan rendah. Kita sangat tidak mengingin kan hal ini terjadi.
Disamping itu jika guru bercerita bersama guru di ruangan mejelis guru siswa yang mereka tinggalkan di kelas akan tidak terkontrol. Walaupun mereka saat melakukan atau mebuat soal maupun saat mengerjakan latihan. Apalagi siswa SD yang mana mereka masih dalam konteks bermain yang ada dalam pikiran mereka.
jika hal ini terus terjadi sangat besar kemungkinan pendidikan di daerah bahkan di Negara kita ini akan menurun. Sehingga kondisi bangsa ini akan sulit bersaing pada masa yang akan datang. Karena siswa merupakan penerus bangsa ini pada masa – masa mendatang. Di samping itu tujuan pendidikan nasionalpun akan sulit tercapai. Kita tidak menginginkan hal ini terjadi di dunia pendidikan kita.
Untuk mengatasi masalah yang terjadi di SDN 49 Lareh Nan Gadang pada saat sekarang ini kepala sekolah memberikan supervisi yang rutin secara menyeluruh terhadap guru. Sehingga masalah – masalah yang ada dalam proses pembelajaran dapat teratasi dengan baik. Misalnya saja dengan adanya supervisi guru akan mengasai kelas dengan baik, melengkapi administrasinya dalam mengajar dan memberikan soslusi pemecahan masalah rehadap guru yang terlambat sehingga terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan di SDN 49 Lareh Nan gadang dan proses belajar mengajarpun dapat berjalan dengan baik sehingga mutu dan hasil belajar siswa meningkat.
Banyak hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan salah satu dengan dengan adanya program supervise kepada guru – guru secara rutin. Dalam buku Nanang dan Cucu ( 2009 : 84 ) mengungkapkan “ Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi yang lain. Dalam pendidikan berskala mikro (Tingkat  sekolah ) proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan, program, proses belajar mengajar serta proses monitoring dan evaluasi. Sebagai catatatan proses belajar mengajar merupakan prioritas tertetinggi”
Selain itu dengan adanya supervisi ini akan meningkatkan proses belajar. Karena kepala sekolah memonitoring langsung kegiatan belajar dan admisnistrasi guru tersebut karena yang melakukan supervise mengamati lansung proses belajar mengajar di dalam kelas. Seperti yang di kemukakan oleh Nanang dan Cucu ( 2009 : 101 ) “ melakukan Monitoring dan evaluasi untuk meyakinkan apakah program yang telah di rencanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai dan sejauh mana pencapaiannya”
Jika proses belajar mengajar telah terkondisi dengan baik secara tidak langsung mutu pendidikan akan meningkat dengan sedirinya. Maka penulis sangat tertarik dengan meneliti tentang Dampak supervise terhadap peningkatan mutu pendidikan di SDN 49 Lareh Nan Gadang, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah datar. Karena penulis merasa dengan ini mutu pendidikan akan dapat di tingkatkan. Dimana guru yang di supervise akan melaksanakan tugasnya sebaik – baiknya dan melengkapi administrasi maupun bahan ajar mereka. Jika hal ini terjadi hasil belajar siswa akan meningkat begitu juga dengan mutu pendidikan khususnya di SDN 49 Lareh Nan Gadang dan Kabupaten Tanah Datar pada umumnya
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1.      Apakah dengan melakukan supervisi dapat meningkatkan mutu pendidikan
2.      Apakah proses belajar mengajar telah berjalan dengan baik di SDN 49 Lareh Nan Gadang
3.      Bagaimanakah mutu pendidikan di SDN 49 Lareh Nan Gadang
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas permasalahan yang diajukan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui dampak supervisi terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah
2.      Untuk mengetahui potensi guru di SDN 49 Lareh Nan Gadang
3.      Untuk meoptimalkan proses belajar mengajar di SDN 49 Lareh Nan Gadang

D.    Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas dapat diperoleh kegunaan atau manfaat.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.      Manfaat Teoritis
a.       Bagi siswa
Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa dapat belajar dengan efektif dan siswa dapat meningkatkan hasil belajar mereka pada masa mendatang
b.      Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru mengelolah kelas, memberikan materi dengan baik dan lebih meningkatkan kinerja guru pada masa mendatang
c.       Bagi Peneliti ( Kepala Sekolah )
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam mengelolah sekolah dan dapat memecahkan masalah – masalah yang dihadapi di dunia pendidikan secara nyata.
d.      Bagi Sekolah
Diharapkan dengan adanya hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi pihak sekolah khususnya dalam pelaksanaan suvervisi di sekolah  
e.       Bagi Pengawas
Diharapkan dengan adanya hasil karya ini pengawas lebih memberikan arahan dalam pelasanaan suvervisi pada masa mendatang


f.       Bagi Dinas Pendidikan
Menjadi masukan bagi dunia pendidikan Kabupaten Tanah Datar untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah – sekolah







BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Suvervisi ( Pembinaan Guru )
Istilah pembinaan guru sebenarnya berasal dari kurikulum SD, SMP dan SMA entang pembinaan guru ( Depdipbud, 1984 ; 1986 ). Dalam berbagai kepustakaan baik di Indonesia baik di Negara – Negara asing sering di istilahkan dengan suvervisi. Menurut Hamza ( 2010 : 169 ) secara terminology pembinaan guru ( suvervisi ) sering di artikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang yang berwujud layananan professional yang dilakukan kepala sekolah, pemilik sekolah, pengawas serta Pembina lain untukm meningkatkan proses dan hasil belajar.
Banyak pakar memberikan pengertian berbeda dari arti suvevisi tapi tujuan nya sama. Kurikulum 1975 memberikan batasan suvervisi sebagai bantuan kepada staff untuk mengembangkan situasi belajar mengajar lebih baik ( Depdipbud 1975 ) dalam Hamza menurut Adam ( 1959 ) memberikan batasan sebagai batasan perencanaan program perbaiakan pengajaran.
Menurut Hamza ( 2010 : 169 ) berdasarkan pengertian tersebut nyatalah bahwa pembinaan guru dalam suvervisi adalah sebagai berikut :
1.      Serangkaian bantuan yang berwujud layanan professional.
2.      Layananan  Profesional tersebut diberikan oleh orang yang lebih ahli ( kepala sekolah, Pemilik Sekolah, pengawas dan ahli lainya )
3.      Maksud layanan professional tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan tercapai.
Dalam rumusan yang rinci Djajadisastra mengemukakan pembinaan guru atau suvervisi sebagai berikut :
1.      Memperbaiki tujuan khususmengajar guru dan belajar siswa
2.      Memperbiki materi ( bahan ) kegiatan belajar mengajar
3.      Memperbaiki metode, yaitu dengan cara menggorganisasikan kegiatan belajar mengajar
4.      Memperbaiki penilaian atas media
5.      Memperbaiki penilian proses belajar mengajar dan hasilnya.
6.      Memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya.
7.      Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.
Menurut Hamza ( 2010 :  171 ) tujuan – tujuan suvervisi atau pembinaan guru bertujuan sebagai berikut :
1.      Memperbaiki proses belajar mengajar
2.      Perbaikan tersebut dilakukan melalui pembinaan professional
3.      Yang melakukan pembinaan adalah Pembina.
4.      Sasaran pembinaan adalah guru atau orang lain yang ada kaitannya.
5.      Secara jangka panjang maksud pembinaan tersebut adalah memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.
Selain itu Hamza ( 2010 : 171 ) juga mengemukakan  bahwa suvervisi juga berfungsi untuk mengordinasi, messtimulasi dan mengarahkan peryumbuhan – pertumbuhan guru; mengordinasi semua usaha sekolah, memperlengkapai kepemimpinan sekoalh, memperluas pengelaman – pengelaman guru, mestimulasi uasaha – uasaha yang kraetif, member fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan guru dabn staff, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru.
Nyatalah bahwa fungsi suvervisi atau pembinaan guru adalah menumbuhkan ikilim bagi perbaikan proses hasil belajar melalui serangkaian upaya pembinaan terhadap guru – guru dalam wujud layanan professional. Agar pembinaan guru dapat dilakukan dngan baik perlu dipedomani prinsip – prinsip pembinaan guru . yang dimaksud dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam satu aktivitas. Para pakar mengidentifikasi prinsip – prinsip suvervisi sesuai sudut tinjau mereka.
Depdikbud ( 1986 ) mengemukakan prinsip – prinsip Suvervisi sebagai berikut :
1.      Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru.
2.      Hubungan antara guru dengan Pembina didsarkan atas kerabat kerja,
3.      Pembina ditunjuang sifat keteladanan yang terbuka,
4.      Dilakukan secara terus menerus,
5.      Diperlancar melalui peningkatan keordinasi dan singkronasi horizontal dan vertikal, baik melaui pusat maupun daerah.
Dalam penggolongan lebih rinci Hamza ( 2010 : 172 ) mengolongkan lebih rinci prinsip – prinsip pembinaan guru menjadi prinsip fundamental dan prinsip praktis. Prinsip fundamental adalah pembinaan guru atau suvervisi dipandang sebagai bagian dan keseluruhan proses pendidikan tidak terlepas dari dasar – dasar pendidikan nasional yakni Pancasila. Suvevisi pendidikan harusla menggunakan prinsip sila pertama sampai sila kelima Pancasila. Prinsip Pancasila ini harus mewarnai kegiatan suvervisi.
Dalam kegiatan suvervisi terdapat keterampilan yang dijadikan acuan dalam pembinaan. Sebagaimana yang dikemukankan Alfonso ada 3 jenis keterampilan suvervisi atau pembinaan guru yaitu : ( technical skills ) Keterampilan Teknis, ( menajarial Skills ) keterampilan menajerial, ( Human skills ) selain itu Hamza ( 2010 : 173 ) mengemukakan keterampilan teknis adalah keterampilan untuk menggunakan metode dan teknik pembinaan guru. Keterampilan teknis.keterampilan mnejarial adalah keterampilan pembuatan keputasan pembinaan dalam pembuatan keputusan pembinaan yang berhubungan dengan elemen – elemen institusional sorang Pembina dalam bekerja sedangkan yang dimaksud dengan keterampilan  manusiawi adalah keterampilan untuk melakukan kerjasama deengan guru dan aparat sekolah lainnya dalam rangka melaksanakan pekerjaannya secara efektif.
Dari pendapat yang dikemukan oleh para ahli seorang Pembina harus menguasai prinsip dan teknik dalam melakukan suvervisi supaya apa yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Penerapan suvervisi akan sangat menbantu guru dalam menjalankan tugasnya dan mengetahui kekurangan mereka dalam mengajar dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan mutu pendidikan di sekolah. Disamping itu guru akan bertambah rajin dalam meningkatkan kualitasnya dan profesionalnya dengan adanya hubungan yang baik antara Pembina dengan guru karena suvevisi yang dilakukan sesuai dengan dasar Pancasila.
Selain mengusai prinsip – prinsip suvervisi Pembina juga harus paham dengan teknik dlam melakukan suvevisi. Menurut Hamza ( 2010 : 176 ) Adapun teknik suvervisi atau pembinaan guru dapat dilakukan dengan cara :
1.      Kunjungan kelas
Kunjungan kela adalah kegiatan pembinanaan yang dilakukan kepala sekolah pada saat gru sedang mengajar di kelas. Yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dalam melakukan kunjungan kelas sebagai berkut :
a.       Menfokuskan perhatian pada semua elemen dalam situasi belajar mengajar
b.      Bertumpu pada upaya memajukan proses belajar mengajar
c.       Membantu guru – guru secara konret untuk memajukan prses belajar mengajar
d.      Menolong guru – guru agar dapat mengevaluasi diri sendiri.
e.       Memberikan kebebasan kepada guru agar dapat berdiskusi dengannya mengenai problema – problema yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
2.      Pertemuan Pribadi
Pertemuan pribadi dapat dilakukan sebelum dan setelah kunjungan kelas. selain itu agar pertemuan pribadi berhasil dengan baik maka seorang Pembina harus mampu :
a.       Merencanakan pertemuan pribadi
b.      Merumuskan tujuan pertemuan pribadi
c.       Merumuskan prosedur pertemuan pribadi
d.      Mengadakan kontrak dengan guru mengenai pertemuan pribadi
e.       Memancing masalah guru
f.       Membantu memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam pertemuan pribadi.
3.      Rapat Dewan Guru
Rapat dewan guru sering di istilahkan rapt guru, rapat staff atau rapat kepala sekolah. Rapat dewan guru adalah pertemuan antara semua guru dengan kepala sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah atau seorang yang ditunjuk olehnya. Agar rapat dewan guru berhasil dengan baik, maka seorang Pembina harus mampu :
a.       Merencanakan rapat dewan guru,
b.      Memimpin rapat,
c.       Membahas  masalah – maslah yang penting dalam rapat,
d.      Menghidupkan suasana rapat,
e.       Mengaitkan rapat dengan pembinaan profesioanl guru,
f.       Menjadikan rapat menjadi wahana tukar pikiran,
g.      Menyimpulkan hasil rapat, daN
f. Mengimformasikan kembali hasil rapat untuk keperluan mengambil tindak lanjut.
1.    Kunjungan Antar Sekolah
       Kunjungan antar sekolah adalah kunjungan yang dilakukan oleh guru – guru bersama kepala sekolah ke sekolah – sekolah lainnya. Agar kunjungan ini berjalan dengan baik serta mencapai maksud sebagaimana yang diinginkan, maka seorang Pembina harus mampu :
a.         Merencanakan kunjungan antar sekolah,
b.        Metumuskan tujuan kunjungan antar sekolah,
c.         Merumuskan prosedur kunjungan antar sekolah
d.        Menetapkan jadwal kunjungan antar sekolah,
e.         Memimpin kunjungan antar sekolah.
2.    Pertemuan dalam kelompok kerja
  Pertemuan dalam kelompok kerja adalah suatu pertemuan yang didasari oleh guru dan kepala sekolah. Agar pertemuan ini berjalan dengan baik dan mencapai hasil, maka seorang Pembina haruslah mampu :
a.         Merencanakan pertemuan dalam kelompok kerja,
b.        Merumuskan tujuan dalam kelompok kerja,
c.         Merumuskan prosedur pertemuan dalam  kelompok kerja,
d.        Menentukan topic pertemuan dalam kelompok kerja,
e.         Menentukan dan mencari nara sumber pertemuan dalam kelompok kerja,
f.         Menemukan atau memancing masalah dalam pertemuan dalam kelompok kerja,
g.        Menyimpulkan hasil pertemuan kelompok kerja,
h.        Mengambil langkah tindak lanjut pertemuan dalam kelompok kerja.
3.    Penerbitan Buletin Profesional
  Bulletin professional adalah selebaran berkala terdiri dari beberapa lembar berisi tulisan mengenai topic – topic tertentu yang berkaitan dengan usaha proses belajar mengajar. Agar bulletin profesioanl ini dapat berkalan dengan  baik, maka seorang Pembina ahrus mampu :
a.         Merencanakan penerbitan bulletin professional,
b.        Mendapatkan naskah,
c.         Menetukan profil/ bentuk bulletin profesioanl,
d.        Mendapatkan sumber dana,
e.         Menyebarkan bulletin professional, dan
f.         Mengaitkan bulletin professional dengan kemampuan professional guru.
Selain itu Untuk itu, dalam kegiatan supervisi seorang supervisor haruslah mengikuti prinsip-prinsip yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam tugasnya. Dalam hal ini Sahertian (2000:20) membagi supervisi dalam empat prinsip, yaitu: (1) Prinsip ilmiah (scientific); (2) Prinsip demokratis; (3) Prinsip kerja sama; (4) Prinsip konstruktif dan kreatif
Senada dengan apa yang di rangkum dalam Depdiknas (2000:132) turut serta menyatakan bahwa ada enam prinsip dalam supervisi yaitu: (1)Hubungan konsultatif, kolegial (2)Demokratis (3)Terpusat pada guru (4)Didasarkan pada kebutuhan guru (5)Umpan balik  (6) Bersifat bantuan profesional
A.    Peningkatan Kompetensi Guru
Guru sebagai otonomi kelas yang memiliki wewenang melakukan reformasi kelas ( Clasroom reform ) dalam rangka melakukan perubahan prilaku peserta didik secara berkelanjutan yang sejalan dengan tugas dan perkembangannya dan tuntutan lingkungan sekitarnya. Sebagai pemegang otonom di dalam kelas guru harus dapat melasanakan perannya sebagai berikut :
1.      Guru sebagai Pendidik
2.      Guru sebagai pengajar
3.      Guru sebagai pemimpin
4.      Guru sebagai supervisor
Nanang ( 2010 : 103 ) Guru sebagai arsitek perubahan prilaku siswa sekaligus menjadi contoh buat siswa. Gruru di tuntut memiliki kompetensi paripurna seperti :
1.      Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik yang harus dikuasai seorang guru adalah :
a.       Menguasai karakteristik peserta didik, dari aspek fisik, moral, spiritual, social, cultural, emosional dan intelektual
b.      Menguasai teori – teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik
c.       Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang ajarkan
d.      Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
e.       Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran
f.       Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
g.      Berkomunikasi secara efektif, empati dan santun dengan peserta didik
h.      Melakukan penilaian untuk kepentingan pembelajaran
i.        Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
2.      Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut :
a.       Bertindak sesuai dengan norma agama, hokum, social, dan kebudayaan nasional Indonesia
b.      Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, beraklak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat
c.       Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
d.      Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri.
e.       Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3.      Kompetensi Sosial
Kompetensi social yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut :
a.       Bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena perkembangan jenis kelamin, agam, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status social ekonomi.
b.      Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santu kepada sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
c.       Berinteraksi di tempat tugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman social budaya.
d.      Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara linsan dan tulisan atau bentuk lain.
4.      Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut :
a.       Menguasai materi, struktur, konsep dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diajarkan.
b.      Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan.
c.       Mengembangkan materi pembelajaran yang diajarkan secara kreatif.
d.      Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
e.       Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan. Seperti kita ketahui peran guru adalah : sebagai pendidik, pengajar, pemimpin, administrator, harus mampu melayani peserta didik yang di landasi dengan keasadaran ( awareness ), keyakinan ( belief ), kedisiplinan ( discipline ) dan tanggung jawab ( responsibility ) secara optimal sehingga memberiak pengaruh fositif terhadap perkembangan siswa secara optimal, baik fisik maupun psikhis.
Menurut Nanang ( 2010 : 106 ) kinerja guru dalam melayani peserta didik dapat tergambar dalam rumus SERVICER yaitu kepanjangan dari :
1.      Smile and Simpathy
Guru dalam menjalankan tugasnya secara sadar harus mempresentasikan wajahnya dengan penuh senyuman sebagai wujud simpati dan sambutan hangat ( welcome ) terhadap peserta didik sehingga siswa merasa betah melakukan proses pembelajaran.
2.      Empathy and Enthusiasm
Guru dalam menjalankan tugasnya harus memeiliki pribadi merasakan dan melayani apa yang dirasakan dan di butuhkan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, serta dalam dalam hidupnya penuh antusias berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan potensi yang dimiliki peserta didik dengan seoptimal mungkin.
3.      Respect and Recovery
Guru dalam menjalankan tugasnya harus hormat dan menghargai ( respect ) terhadap peserta didik dengan setulus hati sehingga menjadi kesan yang mendalam ( inpresive ) dan sekaligus merupakan daya pikat ( magnetic force ) di hati peserta didik.
4.      Vision and Victory
Guru dalam menjalankan tugasnya harus menunjukan komitmennya terhadap masa depan siswa yang lebih baik ( visioner ) dan keuntungan ( victory ) atau nilai tambah bagi kehidupannya secara unggul komparatif dan kompetitif.
5.      Initiative, Impresif dan inovatif
Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat membangun prakarsa ( inisiative )
Dengan penuh kesan fositif ( impresif ) di hati peserta didik sehingga peserta didik merasa betah dan bebas untuk melahirkan berbagai gagasan yang cemerlang sebagai wujud adanya dorongan untuk melakukan inovasi secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran.
6.      Care and Cooperative
Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat mengayomi sebagai wujud kepedulian kepada peserta didik yang dilakukan secara kooperatif dengan sesame guru, kepala sekolah, peserta didik atau stakeholder lainya, serta berupaya membangun prilaku peserta didik sesuai dengan norma yang berlaku dalam lingkungannya serta mampu hidup berselancar dalam kesembrautan.
7.      Empowering and Enjoying
Guru dalam menjalankan tugasnya harus mampu memberdayakan ( empowering ) potensi peserta didik sesuai dengan kecerdasannya, bakat dan minatnya sehingga peserta didik merasa senang ( enjoying ) dengan penuh kesadaran, komitmen dan rasa tanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Proses pembelajaran dengan rasa senang dapat menjadi solusi dalam mengoptimalkan prestasi belajar siswa di bawah kemampuannya ( under achiever ).
8.      Result Oriented
Guru dalam melaksanakan tugasnya harus ditunjukan kepada pencapaian tujuan pembelajaran, baik yang tertuang dalam kompetensi dasar, standar kompetensi, indicator belajar, criteria ketuntasan minimal ( KKM ) maupun Standar Kompetensi Lulusan ( SKL )
Dalam mengajar guru harus menguasai kemampuan dasar dalam mengajar. Seperti yang dikemukakan Oemar (2008:52) kemampuan itu meliputi:
1.        Kemampuan menguasai bahan
2.        Kemampuan mengelolah program belajar mengajar
3.        Kemampuan mengelolah kelas dengan pengelaman belajar
4.        Kemampuan mnggunakan media/sumber dengan pengelam belajar
5.        Kemampuan menguasai landasan – landasan kependidikan dengan pengelaman belajar
6.        Kemampuan mengelolah interaksi belajar
7.        Kemampuan menilai prsetasi siswa dengan pengelaman belajar
8.        Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
9.        Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10.    Kemampuan memahami prinsip – prinsip dan menafsirkan hasil – hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
B.     Kompetensi Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan pemimpin sekolah yang sangat berperan untuk memajukan sekolah. Kepala sekolah melaksanakan program dan tugas utama sebagai kepala sekolah. Untuk melaksanakan tugas kepala sekolah dengan baik kepala sekolah mempunyai 5 kompetensi yang terus di kembangkan dan diterapkan dalam meminpin sekolah. Seperti yang di kemukakan dalam Permendiknas No. 1 Tahun 2007 disyaratkan 5 kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah. Lima kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang kepala sekolah yaitu:
1.      Dimensi Kompetensi Kepribadian
a.       Berakhlak  mulia,  mengembangkan  budaya  dan  akhlak mulia menjadi teladan guru
b.      Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
c.       Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah
d.      Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
e.       Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah
f.       Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
2.      Dimensi Kompetensi Manajerial
a.       Menyusun perencanaan sekolah  untuk berbagai  tingkatan perencanaan
b.      Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan
c.       Memimpin sekolah   dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal
d.      Mengelola   perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajar yang efektif.
e.       Menciptakan budaya dan iklim sekolah  yang kondusif dan inovatif bagi  pembelajaran peserta didik.
f.       Mengelola   guru dan staf dalamr angka pendayagunaan sumber sumber daya manusia secara optimal
g.      Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
h.      Mengelola hubungan sekolah   dengan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide,sumber belajar,dan pembiayaan.
i.        Mengelola   peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru,penempatan, dan penegembangan kapasitas peserta didik.
j.        Mengelola   pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nnasional.
k.      Mengelola keuangan sekolah  sesuai dengan prinsip pengelolaan yang   akuntabilatas, transparan dan efisien.
l.        Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah
m.     Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik.
n.      Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan majemen sekolah.
o.      Melakukan monitoring,evaluasi,dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan orosedur yang tepat serta merencanakan tindak lanjut
3.      Dimensi Kompetensi Kewirausahaan
a.         Menciptakan   inovasi   yang   berguna   bagi   pengembangan sekolah
b.        Bekerja  keras  untuk  mencapai  keberhasilan  sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif
c.         Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah
d.        Pantang  menyerah  dan  selalu  mencari  solusi  terbaik  dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah
e.         Memiliki   naluri   kewirausahaan   dalam   mengelola   kegiatan sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.
4.      Dimensi Kompetensi Supervisi
a.         Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesional guru
b.        Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan pendekatan dan teknik supervise yang tepat.
c.         Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan  profesionalisme guru.
5.      Dimensi Kompetensi Sosial
a.         Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah
b.        Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
c.         Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
C.    Peningkatan Mutu Proses Pedidikan
Dalam peningkatan mutu pendidikan mengulirkan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang standar Nasional Pendidikan. Tujuannya adalah dalam rangka menetukan criteria minimal sistem pendidikan yang diharapkan mencakup : Standar Isi, 2. Standar Proses, 3. Standar kompetensi kelulusan, 4. Standar pendidik dan tenaga pendidikan, Standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan,
Pengertian mutu menurut Nanang ( 2010 : 81 ) adalah “ Kualitas merupakan kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”. Dengan adanya standar mutu pendidikan nasional kita di tuntut untuk meningkatkan professional.
Pengertian mutu menurut ISO 2000 dalam erfi ilyas ( 2001 : 13 ) mutu adalah totalitas karakteristik suatu produk ( barang dan jasa ) yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan. Adapun menurut Welch Jr. dalam Ilyas ( 2001 : 13 ) mutu adalah jaminan kesetiaan pelanggan, pertahanan terbaik melawan pertahanan saingan dari luar dan satu – satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng.
Dari pengertian diatas jelas bahwa mutu berpusat pada pelanggan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan disebut bermutu jika program pendidikan dan pelayanan sekolah memenuhi atau melebihi kebutuhan pelnggan yaitu : siswa, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah. Dari definisi – definisi diatas mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya dalam memuasakan kebutuhan yang diharapak yang tersirat. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mencakup Input, proses dan output pendidikan.
Menurut Nanang ( 2010 : 83 ) Input pendidikan adalah segalah sesuatu yang harus tersedia karena di butuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan – harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses.
a.       Input sumber daya, meliputi sumberdaya manusia ( Kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa )
b.      Input perangkat lunak, meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan prundang – undangan, deskripsi tugas, rencana dan program
c.       Input harapan – harapan berupa, visi, misi, tujuan dan sasaran – sasaran yang ingin di capai oleh sekolah.
Penerapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan proses kualitas pendidikan Wina ( 2006 : 12 )  untuk meningkatan kualitas pendidikan melalui peningkatan dan perbaikan dilihat dari sudut guru yang meliputi tentang peningkatan professional guru serta mengoptimalkan peran guru dalam proses pembelajaran.
D.    Kerangka Teori
Supervisi merupakan tugas yang harus dilakukan kepala sekolah untuk membina guru. Dengan adanya supervisi ini memungkinkan guru dapat mengvaluasi kekrungang guru dalam mengajar. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar sangat diperlukan adannya penilaian dan evaluasi dari cara guru mengajar. Jika guru sudah mengajar dengan baik kemungkinan hasil yang akan di dapatkan juga akan baik. Karena guru faktor penentu keberhasilan pembelajaran.
Pelaksanaan supervise ini akan dilakukan dengan langkah supervisi yang sudag ada. adapun langkah supervise itu sebagai berikut :
1.        Persiapan
-          Menyusun program
-          Menyusun jadwal pelaksanaan supervisi
-          Menyiapkan instrument
2.        Pelaksanaan supervisi
3.        Penilaian kegiatan supervisi/tindak lanjut

Kerangka Teori Penelitian
Peningkatan kompetensi guru dalam mengajar melalui supervisi akademik  pada guru di Sekolah Dasar Negeri 29 Padang Datar, Kecamatan Tanjung Emas
Langka Supervisi
1.        Persiapan
-          Menyusun program
-          Menyusun jadwal pelaksanaan supervisi
-          Menyiapkan instrument
2.        Pelaksanaan supervisi
3.        Penilaian kegiatan supervisi/tindak lanjut


Kompetensi Mengajar Guru Meningkat Dengan adanya supervisi akademik
 






BAB III
METODE PENELITIAN
A.      Lokasi Penelitian
1.        Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 49 Lareh Nan gadang Kecamatan Lintau Buo Utara. Pemilihan tempat ini dimana penulis bertugas mengabdikan diri, yang mana selama ini penulis belum begitu baik dalam melaksanakan supervisi.
2.        Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa dan guru SDN 49 Lareh Nan gadang Kecamatan Lintau Buo Utarayang terdiri dari 10 orang dan yang akan di jadikan objek sebanyak 6 orang guru perkelas dari 6 bidang studi yang berbeda
3.        Waktu dan Lama Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan September semester I tahun ajaran 2010/2011. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini terdiri 2 siklus

B.  Setting Penelitian
1. Pendekatan
  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penekatan kuliatatif dan pendekatan kuatitatif. Dimana pendekatan kuantitatif data berupa angka – angka dan pendekatan kualitatif data berupa tulisan, gambar dan grafik. 
2. Jenis Penelitian
Adapun penelitian yang akan diterapkan adalah Penelitian Tindakan Sekolah  (PTS) adalah jenis penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. Seperti yang dikemukakan Mulyasa bahawa Penelitian Tindakan Sekolah merupakan upaya peningkatan kinerja sistem pendidikan dan meningkatkan menejemen sekolah agar menjadi produktif, efektif dan efisien.  jenis penelitian ini perlu diperkenalkan kepada kepala sekolah dan pengawas sekolah nelalui pendidikan dan pelatihan (diklat) PTS. Dalam pelaksanaan diklat PTS, diharapkan kepala sekolah dan pengawas sekolah dapat  (1) memahami PTS sebagai bagian dari penelitian ilmiah, (2) memahami makna PTS, (3)  memahami penyusunan usulan PTS, (4) melaksanakan dan melaporkan hasil PTS yang dilakukannya.

Menurut Direktorat Tendik (2008) Langkah – Langkah PTS terdiri atas empat tahap, yaitu planning (Rencana), action  (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Siklus spiral dari tahap-tahap PTS dapat dilihat pada gambar berikut:
     1.       Rangangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran
     2.       Tindakan dilakukan setelah rancangan disusun. Tindakan merupakan bagian yang akan dilakukan dalam Penelitian Tindakan Sekolah dalam penelitian
     3.       pengamatan dilakukan waktu guru mengajar di kelas. Data yang dikumpulkan dapat berupa data pengelolaan sekolah/madrasah. Instrumen yang umum dipakai adalah lembar observasi,dan cacatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, misalnya aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untukkeperluan refleksi
     4.       Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat
3.      Alur Penelitian
            Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Ritawati, 2008:69). Proses penelitian merupak proses daur ulang atau siklus yang dimulai aspek , mengembangkan perencanaan, melakukan observasi terhadap tindakan dan melakukan refleksi terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil yang diperoleh. Pada setiap pertemuan dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran yaitu 2 X 35 menit. Setiap akhir tindakan dinilai dengan instrument supervis . Alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan seperti bagan berikut
 
4.      Prosedur Penelitian
a.         Perencanaan
Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Langkah ini merupakan upaya memperbaiki kelemahan guru dalam mengajar Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah (1) menyusun jadwal supervisi, (2) membuat dan meyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi memperoleh data nontes, (3) menyiapkan refleksi dan perbaikan guru dalam mengajar.
b.         Tindakan
Tindakan adalah aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran di lakukan guru lebih maksimal dan baik sehingga pembelajaran
Dengan adanya supervisi guru bisa mengetahui kekurangannya dalam mengajar dan menguasai knmpetensi – kompetensi guru secara keseluruhan. Dengan hal ini memungkinkan hasil belajar siswa akan baik. Karena faktor keberhasilan pembelajaran salah satunya adalah guru

c.       Observasi
Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung di sajikan guru. Observasi meliputi observasi guru dalam mengajar dan mengelolah kelas.
d.        Refleksi
Refleksi adalah mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana selanjutnya atau terhadap rencana awal siklus II.
            Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil kemampuan guru dalam mengajar  siklus I. Jika kemampuan tersebut belum memenuhi nilai target yang telah ditentukan, akan dilakukan tindakan siklus II dan masalah-masalah yang timbul pada siklus I akan dicarikan alternatif pemecahannnya pada siklus II.
C.  Data dan Sumber Data
1.    Data Penelitian
Data penelitian ini berupa hasil observasi dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan pada pembelajaran yang di sajikan guru SDN 49 Lareh Nan gadang Kecamatan Lintau Buo Utara. Data tersebut berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan hasil pembelajaran berupa informasi sebagai berikut:
a.       Rencana pelaksanaan supervisi.
b.      Pelaksanaan supervisi dengan menilai guru dalam mengajar
c.       Evaluasi dari kemampuan guru dalam mengajar.
d.      Hasil pengamatan guru dalam mengajar
2.   Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang di sajikan guru dengan melakukan supervisi  pada guru SDN 49 Lareh Nan gadang Kecamatan Lintau Buo Utara 
D. Teknik Dan Instrumen Penelitian
1.      Teknik Penelitian
       Teknik penelitian dilakukan dengan beberapa cara mengamati guru dalam mengajar. Selain itu teknik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan observasi oleh Kepala Sekolah terhadap guru dalam mengajar 
Setelah instrument ini diisi hasil data yang diperoleh diolah. Sehingga di dapatkan data yang valid. Dengan hal ini bisa dilihat sejauh mana kemampuan guru dalam mengajar melalui  supervisi
2.      Intrument
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, berupa panduan observasi (pengamatan). dan tes.
1.    Observasi
Menurut Anas Sudjijono (2011:76) adalah “cara menghimpun bahan – bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena – fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamaatan” Lembaran Pengamatan/Observasi, digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Hal-hal yang  dinilai dengan menggunakan lembaran pengamatan ini adalah: 1) kemampuan guru dalam mengajar dari semua aspek yang telah ditetapkan.
E.  Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan model analisis data kualitatif sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rochiati (2007:135) yakni analisis data dimulai dengan menelaah sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Data tersebut direduksi berdasarkan masalah yang diteliti, diikuti penyajian data dan terakhir penyimpulan atau vertifikasi. Tahap analisis yang demikian dilakukan berulang-ulang begitu data selesai dikumpulkan pada setiap tahap pengumpulan data dalam setiap tindakan.
Tahap analisis data tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Menelaah data yang sudah terkumpul baik melalui observasi dan hasil belajar dengan melakukan proses transkripsi hasil pengamatan, penyeleksiaan dan pemilihan data. Seperti pengelompokan data pada siklus I, siklus II dan seterusnya. Kegiatan menelaah data dilaksanakan sejak awal data dikumpulkan.
2.    Reduksi data meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian. Semua data yang telah terkumpul diseleksi dan dikelompokan sesuai dengan penelitian. Data yang telah dipisah-pisahkan tersebut lalu diseleksi mana yang relevan dan mana yang tidak relevan. Data yang relevan akan dianalisis sedangkan yang tidak relevan tidak dibahas.
3.    Menyajikan data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi yang sudah direduksi. Data tersebut mula-mula disajikan terpisah tetapi setelah tindakan terakhir direduksi keseluruhan data tindakan dirangkum dan disajikan secara terpadu.
4.    Menyimpulkan hasil penelitian tindakan ini merupakan penyimpulan akhir penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengan cara peninjauan kembali lembaran pengamatan, dan bertukar fikiran dengan ahli.
Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data perencanaan, pelaksanaan maupun data evaluasi.
Hal ini dimasukkan agar dapat ditemukan berbagai informasi yang spesifik dan terfokus pada berbagai informasi yang mendukung pembelajaran dan yang menghambat pembelajaran. Dengan demikian pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang bersangkutan. Hasil penelitian ini, selain berbentuk narasi juga berbentuk angka dan bilangan. Jadi, dalam pengolahan datanya juga digunakan analisis data kuantitatif.
            Analisis data kuantitatif ini dilakukan terhadap hasil belajar dengan menggunakan pendekatan presentase yang dikemukakan oleh  (Ade Rusliana, 2007:6) dengan rumus sebagai berikut :

                                                              Skor yang diperoleh (F)
     Pesentase perolehan skor =                                                    X 100%
                                                              Skor Maksimum (N)

Rentang skor masing masing criteria dihitung pembagian makna dibawah ini:
80% - 100%                        Sangat Baik
70% - 79%                          Baik
60% - 69%                          Cukup
<50%                                  Kurang
Sumber : Aderusliana 2007:6

UNTUK BAB VI HUBUNGUNGI KAMI :085363470101) GRATIS... KAMI SIAP MEMBANTU. TANPA BIAYA. BUTUH PTS LAIN KAMI SIAP MEMBANTU. GRATIS...... (tanpa biaya) kami hanya membantu teman - teman
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar – Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta
Depdikbud, 2000. Proyek Peningkatan Mutu SD, TK, dan SLB. Jakarta: Depdikbud

Hanfiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama

Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamza B. Uno. 2010. Model Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
Mulyasa, E.. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ngalim Purwanto. 2003. Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Rusliana, Ade 2007. Konsep Dasar Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta. Bumi Aksara


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal I, ayat 1.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39, ayat 1 dan 2

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media

Sudijono, Anas 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : PT Raja Grafindo Persada

 Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar